Anggapan Dasar: Pengertian, Contoh & Kegunaan

AsikBelajar.Com | Menurut Arikunto (2015:104) Setelah peneliti menjelaskan permasalahan secara jelas, yang dipikirkan selanjutnya adalah suatu gagasan tentang letak persoalan atau masalahnya dalam hubungan yang lebih luas. Dalam hal ini peneliti harus dapat memberikan sederetan asumsi yang kuat tentang kedudukan permasalahannya. Asumsi yang harus diberikan tersebut, diberi nama asumsi dasar atau anggapan dasar. Anggapan dasar ini merupakan landasan teori di dalam pelaporan hasil penelitian nanti.

Menurut Winarno Surakhmad anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik. Dikatakan selanjutnya bahwa setiap penyelidik dapat merumuskan postulat yang berbeda. Seorang penyelidik mungkin meragu-ragukan sesuatu anggapan dasar yang oleh orang lain diterima sebagai kebenaran.

Dari contoh kehidupan sehari-hari orang sering berkata bahwa orang yang banyak makan akan menjadi gemuk. Yang ada di balik ucapan itu adalah suatu anggapan bahwa semua yang dimakan orang tentu dapat dicerna, kemudian berubah menjat otot dan lemak. Inilah sebabnya maka orang menjadi gemuk.

Contoh lain adalah dari panjangnya jam belajar dan pemberian waktu istirahat. Jadwal pelajaran di SMA tersebut 45 menit tiap jam belajar, dengan susunan 3 jam pelajaran lalu istirahat, dilanjutkan 2 jam belajar lagi lalu bubar. Penyusunan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa: setelah belajar selama kurang lebih 135 menit, anak menjadi lelah.

Di dalam penelitian anggapan-anggapan semacam ini sangat perlu dirumuskan secara jelas sebelum melangkah mengumpulkan data. Anggapan-anggapan semacam inilah yang disebut anggapan dasar, postulat atau asumsi dasar.

Peneliti perlu merumuskan anggapan dasar:
1 . Agar ada dasar berpijak yang kukuh bagi masalah yang sedang diteliti.
2. Untuk mempertegas variabel yang menjadi pusat perhatian.
3. Guna menentukan dan merumuskan hipotesis.

Dilain halaman Arikunto (2015:63) mengatakan bqjwa Anggapan dasar adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai hal-hal yang dipakai untuk tempat berpijak bagi peneliti di dalam melaksanakan penelitiannya. Misalkan kita akan mengadakan tentang prestasi belajar siswa, kita mempunyai anggapan dasar bahwa prestasi belajar siswa adalah berbeda-beda, tidak seragam. Jika prestasi belajar ini seragam, maka bukanlah merupakan variabel yang perlu diteliti.

Sumber:
Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Post a Comment

0 Comments